• djogzs
    FLASHBACK

Konsepsi Ilmu Budaya Dasar

Kamis, 28 Maret 2013 0 komentar
Nama : Galih Rakha Siwi

NPM : 13112083

Kelas : 1KA06


Semangat bela negara harus tetap tertanam di era modern

JAKARTA - Komandan Komando Nasional Resimen Mahasiswa (KONAS MENWA) Indonesia, A. Ariza Patria, mengatakan, wawasan kebangsaan merupakan salah satu wahana membangun rasa dan semangat cinta tanah air, dalam rangka mewujudkan partisipasi aktif rakyat untuk bela negara.
“Semangat persatuan dan kesatuan adalah nilai normatif yang telah diperjuangkan melalui nation and character building oleh pendiri bangsa. Proses itu harus kita lanjutkan dan kembangkan serta tidak boleh berhenti hanya sampai era Boedi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), dan Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945),“ kata Riza dalam rilis yang diterima okezone, Sabtu, (31/12/2011).
Munurutnya wacana bela negara tidak hanya urusan perang antar negara, tetapi juga membangun konsepsi bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang utuh sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, misalnya permasalahan korupsi, toleransi, penegakan hukum dan penyelesaian sengketa perbatasan di wilayah perbatasan.
Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara ini turut dibahas dalam seminar di Aula Bela Negara Kemhan RI, yang dibuka oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro Jumat 30 Desember kemarin. Acara tersebut diikuti oleh 260 orang peserta yang terdiri dari anggota aktif Resimen Mahasiswa dan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa (IARMI) se Jabodetabek. 
Seminar ini juga menghadirkan beberapa narasumber, antara lain Mayjen TNI (Purn) Sudradjat (Mantan Dirjen Strategi Pertahanan dan Dubes RI di China), Prof Dr. Burhan Magenda,  Saut Sirait (Komisioner KPU Pusat) dan Ir. Bennita Suryo Septanto, M.T (Direktur Komdut KEMHAN), yang membahas mulai dari aspek historis, budaya dan tantangan kedepan wawasan kebangsaan dan bela negara.
Bela negara ditengah perubahan dunia saat ini tidak lagi dilakukan dengan memanggul bedil (hard power) malainkan dengan cara soft power atau information war fare. Perang sesungguhnya adalah perang penguasaan sumber daya energi, pangan dan air melalui penguasaan tehnologi dan informasi serta kemampuan berdiplomasi.
“Kesemuanya itu hanya dapat diraih melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan sebagaimana sesanti Resimen Mahasiswa, Widya Castrena Dharma Siddha (Penyempurnaan Pengabdian dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Olah Keprajuritan),” tuturnya.
dia menuturkan bahwa  MENWA dan Alumni MENWA yang berasal dari beragam latar belakang dan berbagai macam profesi, merupakan komponen penting bela negara yang siap untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“MENWA diharapkan kehadirannya dalam membantu aparatur negara untuk menegakkan disiplin, mewujudkan ketertiban dan sekaligus melindungi segenap tanah air dan seluruh rakyat Indonesia, baik dari permasalahan antar warga dan ancaman dari pihak asing. Seminar ini merupakan kelanjutan seminar sebelumnya tentang wawasan kebangsaan dan otonomi daerah, dan seminar selanjutnya akan digelar secara rutin oleh MENWA Indonesia, melalui kerjasama dengan berbagai pihak dan melibatkan beragam kelompok masyarakat,” pungkasnya.
Komentar : Nasionalisme merupakan suatu konsep penting yang harus tetap diperthankan untuk menjaga agar suatu bangsa tetap berdiri dengan kokoh dalam kerangka sejarah pendahulunya, dengan semangat nasionalisme yang tinggi maka eksistensi suatu negara akan selalu terjaga dari segala ancaman, baik ancaman secara ingternal maupun eksternal.

Salah satu upaya terbaik yang harus ditempuh untuk menanamkan jiwa nasionalisme tersebut adalah dengan menggunakan nilai-nilai sejarah melalui pembalajaran sejarah disekolah.
Baca selengkapnya »

Manusia dan Kebudayaan

0 komentar
Nama : Galih Rakha Siwi

NPM : 13112083

Kelas : 1KA06


Seniman usulkan hari kebudayaan nasional

BANDUNG - Seniman dan budayawan Bandung mengusulkan tanggal 7 November dijadikan sebagai Hari Kebudayaan Nusantara.

Usulan tersebut didasarkan pada tidak adanya apresiasi dan penanda terhadap kebudayaan nasional. Tanggal 7 November bertepatan dengan hari lahir almarhum WS Rendra. Deklarasi Hari Kebudayaan Nusantara akan dilakukan 7 November mendatang di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) dengan melibatkan budayawan dari seluruh Indonesia.
Mereka yang mendukung di antaranya dari Yogyakarta, Jakarta, Makassar, Bali, dan Sumatera. “Kita akan terus mengumpulkan dukungan dari seluruh elemen masyarakat,” kata seniman Bandung, Herry Dim, inspirator Hari Kebudayaan Nusantara. Hingga kini, sebanyak 3.200 elemen masyarakat menyatakan, mendukung rencana tersebut.
Menurutnya, kalender nasional telah mencatat adanya penanda pada momen tertentu. Namun, kebudayaan tidak termasuk salah satunya. Selain melakukan deklarasi, budayawan dan seniman dari seluruh Indonesia akan bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR untuk mencanangkan Hari Kebudayaan Nusantara.
Seniman berharap, pada 2010 usulan itu telah masuk kalender nasional. Aktivis seni di Bandung, Yesmil Anwar menegaskan, hingga kini Indonesia belum menyertakan kebudayaan sebagai indeks pembangunan manusia (IPM). “Saya akan mengusulkan kebudayaan yang di dalamnya terdapat seniman, dapat lebih diprioritaskan dan mendapatkan alokasi pada APBN dan APBD,” ujarnya.

Komentar : saya setuju dengan adanya Hari Kebudayaan Nusantara karena semua seniman akan menunjukkan keahliannya masing-masing dan menunjukkan seniman indonesia mempunyai bakat.

acara ini akan mendorong pembentukan kesenian indonesia, dengan adanya hari kebudayaan nasional itu tentunya menimbulkan kesan bahwa negara kita memang bannga memiliki banyak kebudayaan yang beragam.

Baca selengkapnya »

Ilmu Sosial Dasar Sebagai Mata Kuliah Dasar Hukum

0 komentar
Nama : Galih Rakha Siwi

NPM : 13112083

Kelas : 1KA06


Sungailiat, Bangka, KOmpas.com–Budayawan asal Provinsi Bangka Belitung (Babel),Hermanto Wijaya mempertanyakan alasan Malaysia mengklaim budaya bangsa Indonesia seperti tari pendet dari Bali menjadi miliknya untuk kepentingan kemajuan pariwisatanya.
“Bangsa Indonesia yang terdiri dari beribu – ribu pulau dari Sabang sampai Merauke memiliki ribuan budaya yang tertanam dan mengakar di tengah masyarakatnya, namun disayangkan tanpa dasar apapun orang asing justru mengaku sebagai pemiliknya semata-mata hanya untuk kepentingannya,” ujar Hermanto di Sungailiat, Rabu.
Menurut dia, memang perlu dipertanyakan kalau pemerintah Malaysia mengaku budaya khas Indonesia seperti, kesenian Reog Ponorogo dari Jawa Timur,  Batik  dan sekarang Tari Pendet dari Bali  diklaim sebagai budaya Malaysia,” katanya.
Pengakuan kekayaan budaya Indonesia oleh Malaysia, kata dia, sangat merugikan bagi kita sebagai bangsa Indonesia, begitu sebaliknya pengakuan budaya Indonesia oleh pemerintah Malaysia tentunya sangat membawa keberuntungan di sektor pariwisatanya bagi pemerintah Malaysia.
“Saya pribadi juga memiliki hubungan emosional dengan warga Malaysia di mana selama enam tahun kuliah, biayanya ditanggung oleh warga Malaysia,” katanya.
Ia mengatakan, dalam suatu negara pasti memiliki budaya masing – masing, oleh karenanya pemerintah Malaysia sedianya menggali dan mengembangkan potensi budaya jangan hanya mengaku budaya bangsa lain sebagai budaya miliknya.
“Sebagai putra putri Indonesia yang menjunjung tinggi nasionalisme kebangsaan Indonesia, budaya bangsa sebagai hasil warisan wajib dipertahankan sebagai sarana komunikasi antar berbagai suku di Indonesia,” katanya.
Sumber :
Komentar : tidak seharusnya malaysia menirukan kebudayaan indonesia karena pemerintahan malaysia tidak pernah berpikir bahwa indonesia itu akan kaya dengan budaya indonesia. 
Karena budaya itu tidak kita jaga jadi menurut mereka akan lebih baik jika mereka jaga kan sama sama orang melayunya, dan malaysia tidak pernah kreatif dalam berbagai hal. indonesia akan selalu maju dengan kebudayaan yg kita lahirkan sendiri.
Baca selengkapnya »

Total Pageviews